Selasa, 30 November 2010

Kelezatan si Dim Sum

Dim Sum merupakan makanan berukuran kecil dan dimasak dengan digoreng atau direbus. Biasanya menu-menu itu disajikan dalam wadah bundar berbahan bambu. Ada beragam pilihan menu Dim Sum yang disediakan di restoran Ping, salah satunya ialah egado, Dim Sum berisi daging ayam dan telur puyuh yang dibungkus kulit tahu.
Teksturnya empuk dan lembut saat disantap. Egado akan lebih enak jika disantap dengan saus sambal. Selain egado ada pula hakao yang berisi udang. Udang kupas dicampur tepung sagu, minyak wijen, sedikit vetsin, tepung ayam, ditambah garam, lada, dan gula.

Campuran itu kemudian dibungkus kulit yang terbuat dari adonan tepung sagu, tepung tang mien, dan minyak sayur lalu dikukus. Kulit hakao memakai sagu Hong Kong yang bertekstur lebih halus daripada sagu lokal.

“Kalau sagu lokal membuat Dim Sum cepat kering dan mengeras,” jelas Kardiman, chef kepala restoran Ping. Ada pula dim sum yang digoreng, yaitu dim sum udang rambutan. Udang dipotong halus lalu dimasukkan ke dalam kulit pangsit dan digoreng hingga mekar.

Apabila konsumen masih penasaran dengan menu Dim Sum ala resto Ping, dapat memilih Dim Sum berbentuk bapau, yakni bapau tausa isi. Bapau berukuran kecil itu berisi kacang merah yang sudah dihaluskan dan diberi gula. Dim Sum biasanya dikaitkan dengan tradisi yang lebih tua yaitu yum cha (upacara minum teh).

Tradisi itu awalnya dilakukan oleh para pedagang yang berkelana di sepanjang Jalur Sutra. Mereka membutuhkan tempat untuk beristirahat di sepanjang jalur itu. Kedai-kedai teh pun berdiri di sepanjang pinggir jalan.

Tidak hanya pedagang, petani yang kelelahan setelah bekerja keras di ladang juga akan pergi ke kedai teh untuk bersantai pada sore hari. Pada awalnya, minum teh harus dilakukan tersendiri dan tidak boleh ada makanan lain.

Hal itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat China, berat badan mereka akan naik apabila ada menu lain yang dikonsumsi selain teh. Namun, setelah diketahui teh dapat membantu pencernaan, maka pemilik kedai teh pun mulai menyuguhkan berbagai makanan ringan sebagai hidangan yang menemani teh.

Dim Sum yang berarti menyentuh hati itu berasal dari daerah Kanton, China bagian selatan. Dim Sum pula yang telah mengubah tradisi yum cha, dari kegiatan yang sifatnya kaku menjadi santai untuk berbagi cerita dan pengalaman. Di Hong Kong dan sebagian besar kota-kota di Provinsi Guangdong, China, banyak restoran Dim Sum yang melayani pengunjung sejak pukul 05.00.

Tidak heran jika Dim Sum menjadi tradisi bagi orang tua pada pagi hari setelah mereka berolah raga. Tidak jarang pula mereka menikmati Dim Sum sembari membaca koran pagi. Kebanyakan restoran Dim Sum hanya menyajikan menu-menu Dim Sum hingga menjelang petang.

Pada malam hari menu pun berganti menjadi masakan Kanton. Di Hong Kong dan China, Dim Sum yang awalnya hanya makanan ringan atau snack itu kini menjadi makanan pokok yang hadir dalam budaya makan. Di negeri Tirai Bambu itu pejabat kesehatan mengkritik tingginya jumlah lemak jenuh dan natrium yang terkandung di dalam beberapa hidangan Dim Sum.

Menurut mereka, dengan dikukus bukan berarti Dim Sum otomatis dianggap makanan sehat. Oleh karena itu, pejabat kesehatan di China merekomendasikan rakyatnya untuk menyeimbangkan makanan lemak dengan sayuran rebus, tanpa menyertakan saus.
wan/L-2

Sumber : koran-jakarta.com

Lihat juga:
Sushi
Burger King

Tidak ada komentar:

Posting Komentar