Kamis, 04 November 2010

Dim Sum, tradisi budaya Cina

Dalam tradisi budaya Cina, Dim Sum merupakan bagian dari "yum cha" yaitu suatu upacara minum teh yang telah ada sejak jaman Shen Nung beribu tahun lalu. Selanjutnya, di masa Dinasti Sung (960-1280) upacara ini menjadi sangat populer dan sedikit demi sedikit mengalami perubahan dengan mulai diperkenalkannya Dim Sum. Pada saat itu minuman teh panas menjadi pilihan para petani untuk menghilangkan dahaga serta menyegarkan badan setelah seharian bekerja di ladang. Sambil minum teh dihidangkan pula Dim Sum dengan aneka bentuk dan rupa.

Kata Dim Sum sendiri berarti 'menyentuh hati'. Nama ini sangat sesuai karena bentuk Dim Sum yang mungil dan jenisnya yang beraneka ragam ini sangat menarik hati. Dengan ukuran seperti ini justru memudahkan setiap orang untuk mencoba rasa dan jenisnya yang berlainan.

Dim Sum mencapai puncak polularitasnya di Hong Kong. Hampir semua restoran Cina di sana memiliki menu andalan berupa Dim Sum. Biasanya, Dim Sum disajikan dalam wadah kukusan dari bambu. Setiap kukusan berisi 3 potong Dim Sum (kadang-kadang 5 atau 7 potong). Rasa dan bentuknya bermacam-macam, tak terbatas pada rasa asin atau manis saja. Teknik memasaknya pun beragam. Mulai dari dikukus, dipanggang, digoreng, direbus, ditim, hingga disemur.

Bersamaan dengan arus imigrasi penduduk Cina ke berbagai belahan dunia, seni kuliner Cina juga ikut berkembang. Dan, jadilah Dim Sum terkenal hingga ke mancanegara. Sekarang, Dim Sum tidak lagi harus dihidangkan saat upacara minum teh saja, tetapi sudah banyak disajikan sebagai menu untuk sarapan pagi, makan tengah hari atau makan malam.(hanya wanita)



Lihat juga :
Hanamasa
Wine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar