Ice cream pasti menjadi makanan favorit siapa saja, terutama anak-anak. Tetapi, makanan ini diam-diam menimbulkan banyak problem bagi sebagian penikmatnya. Misalnya, ada orang yang jadi sakit kepala saat merasakan sensasi dingin dari ice cream. Ada juga yang tenggorokan jadi perih setelah makan ice cream. Atau, masih ingat ketika ibu Anda melarang Anda makan ice cream dan mengatakan, "Jangan makan es dulu ya, kamu kan lagi batuk?"
Benarkah ice cream adalah penyebab itu semua? Apa saja fenomena yang ditimbulkan oleh ice cream?
Sakit kepala dan tenggorokan perih
Sebuah edisi Harvard Women's Health Watch tahun 2009 pernah menjelaskan bahwa suhu dingin menyebabkan tekanan darah mengerut, dan cepat membesar kembali. Reseptor nyeri di dekatnya lalu akan memicu saraf trigeminal sebagai sinyal rasa sakit. Salah satu cara untuk memulihkan rasa sakit itu adalah dengan melengkungkan lidah, lalu menekannya di langit-langit mulut. Atau, makan saja perlahan-lahan.
Bila Anda jadi terbatuk-batuk setelah makan ice cream (atau minuman dingin lainnya), kemungkinan hal ini disebabkan oleh perubahan suhu yang ditimbulkan. Akibatnya, saluran pernafasan jadi teriritasi. Kemungkinan lainnya, karena produk olahan susu biasanya mempengaruhi air lius, dan hal ini bisa menyebabkan lendir yang kental, yang bisa mengiritasi bagian belakang tenggorokan. Saat itulah Anda merasa ingin batuk.
Namun, kebalikan dari apa yang Anda kira, menurut para dokter anak ice cream ternyata bisa mengurangi nyeri pada tenggorokan. Namun perlu diketahui lebih dulu, apakah radang tenggorokan tersebut disebabkan oleh infeksi virus, atau infeksi bakteri? Jika penyebabnya infeksi virus, rasa nyeri itu akan hilang dengan sendirinya. Sedangkan bila infeksi bakteri penyebabnya, Anda butuh antibiotik untuk menyembuhkannya.
Nah, menurut Russell Steele, MD, profesor dan wakil ketua Department of Pediatrics di Louisiana State University School of Medicine, New Orleans, bila yang Anda alami adalah radang akibat infeksi virus, ice cream bekerja lebih baik daripada makanan apa pun untuk meredakan nyeri tersebut.
Seringkali, radang tenggorokan terjadi karena sistem kekebalan Anda sedang terganggu. Pada saat seperti ini, Anda perlu makan makanan yang baru dimasak, makanan bergizi yang akan memberikan Anda kekuatan untuk memerangi infeksi tersebut. Anda juga perlu menghindari makanan yang bisa mengiritasi tenggorokan, seperti cokelat atau permen (saat ditelan). Begitu juga makanan yang asam seperti jus lemon, jus cranberry, atau acar timun. Kadang-kadang, makanan pedas juga berguna, berkat kandungan capcaisin-nya. Namun, efeknya pada setiap orang berbeda. Anda bisa saja kurang cocok dengan makanan pedas.
Makanan yang disarankan adalah yang lunak, seperti sup ayam, dan tentunya ice cream tadi. Lucinda Halstead, MD, asisten profesor di Department of Otolaryngology and Communicative Sciences di Medical University of South Carolina in Charleston, menyarankan untuk mendiamkan dulu ice cream dalam suhu ruangan beberapa menit sebelum menyajikannya.
"Apa pun yang terlalu dingin, bisa tidak nyaman ketika ditelan," katanya. Kecuali, bila Anda atau si kecil bisa mentoleransi rasa dingin tersebut.
Sumber : Shine- kesehatan.kompas.com
Lihat juga:
Dim Sum
bukan basa basi
Kamis, 02 Desember 2010
Rabu, 01 Desember 2010
Menu ala Rumahan
Inilah menu rumahan ala Jepang: semangkuk nasi organik dan lauknya berupa hidangan okazu atau ikan laut semacam makarel, salmon, atau tuna yang dipanggang atau digoreng dengan bumbu saus miso, dashi, atau kecap Jepang.
Untuk pelengkapnya, ada asinan, sup, dan sayuran. Atau bisa juga dicoba hidangan serupa dengan ikan makarel panggang yang disajikan dengan parutan lobak Jepang.
Lho, kok hidangan itu tak berbeda dengan hidangan rumahan Indonesia, ya? Apa kabar Sushi, sashimi, dan sukiyaki khas Jepang yang mendunia itu? Nanti dulu, ada cerita menarik dari Restoran Ootoya, tempat makanan rumahan ala Negeri Sakura ini dihidangkan.
"Memang masakan rumahan orang Jepang sebenarnya tak jauh berbeda dengan masakan Indonesia. Kebanyakan hidangan ikan hanya dibedakan oleh bumbu dan jenis ikannya," kata Shienny Lie, Manajer Operasional Rumah Makan Ootoya, di Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu.
Set hidangan okazu ini, menurut Shienny, merupakan masakan rumahan paling umum di seluruh kepulauan Jepang. Sementara tak semua orang Jepang menyantap sushi, sashimi, atau sukiyaki setiap hari.
"Sushi, sashimi, dan sukiyaki adalah menu khusus yang dimakan orang Jepang pada waktu tertentu," kata Shienny. Sushi dan sashimi umumnya dihidangkan pada jamuan makan malam resmi. Sedangkan sukiyaki adalah masakan yang dinikmati pada hari terdingin dalam setahun di negara empat musim itu.
Selain okazu, hidangan mi (men-rui) sering dikonsumsi dalam keseharian masyarakat Jepang. Salah satunya Miso Nikumi Udon. Untuk menu ini, Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menjelaskan cara pembuatannya.
"Udon dimasak dengan menggunakan dua macam pasta miso. Kemudian direbus dengan caisim, shitake, ayam panggang, daun bawang, wortel, tahu, sawi putih, dan dihiasi dengan telur setengah matang di atasnya," katanya. Rasanya, hmm... khas mi Jepang dengan kuah manis-asam.
Ada pula masakan bergaya donburi (satu mangkuk nasi dengan topping sayur dan lauk). Chicken Katsu Tojidon disediakan dalam mangkuk nasi dengan ayam goreng tepung yang disiram dengan campuran saus, bawang bombai, dan telur. Di antara semua menu yang Tempo coba, menu yang mirip nasi goreng ini tampaknya bakal paling cocok bagi lidah orang Indonesia.
Hidangan nabe (kukusan) dan yaki (panggang dan goreng) seperti tersedia. Menurut Shienny, bangsa Jepang menyantap makanan yang relatif sederhana dalam kesehariannya. "Tapi disiapkan secara cermat dari sisi gizi atau jumlah kalori makanan. Ini yang jadi keunggulan masakan Jepang," kata dia.
Rumah Makan Ootoya didirikan oleh Mitsumori Eiichi di Stasiun Subway Ikebukuro, Tokyo, pada 1958. Franchise ini telah berkembang menjadi 250 outlet yang tersebar di Asia tahun ini, tiga di antaranya di Indonesia, berlokasi di Senayan City, Pacific Place Mall, dan Plaza Indonesia.
Meskipun Ootoya merupakan rumah makan franchise, penyajiannya berbeda dengan rumah makan franchise lainnya. "Masakan baru dimasak setelah dipesan, made to order. Jadi masakan akan tetap segar ketika dihidangkan," kata Shienny.
Baru-baru ini, Ootoya juga menyediakan menu sushi dan sashimi untuk pelanggannya. "Sushi dan sashimi bukan menu harian orang Jepang. Tapi, karena banyaknya permintaan, kami menyediakan menu ini," kata Shienny. Soal harga, Rumah Makan Ootoya mematok banderol makanan mereka Rp 30-70 ribu. | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI
Sushi Vs Sashimi
Keistimewaan sushi serta sashimi terletak pada teknik memotong dan kesegaran ikannya. Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menunjukkan demo memasak sushi dan sashimi dalam media gathering pekan lalu.
"Perbedaan antara sushi dan sashimi terletak pada nasi. Sushi selalu dipasangkan dengan nasi, sementara sashimi dapat langsung dinikmati dengan cuka atau wasabi," kata Ikeda dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih.
Perbedaan lainnya terletak pada tebalnya potongan ikan. "Untuk sashimi, potongannya berjarak 50 milimeter, sementara sushi tak lebih dari 5 milimeter." Ootoya menyediakan sashimi dan kaisendon (seafood mix) yang dihidangkan bersama wasabi, cuka, dan saus.
Ada berbagai jenis sushi. Ootoya menyediakan sushi jenis nigiri dan maki. Nigirizushi adalah potongan daging sushi yang ditempelkan di atas ikan. Adapun makizushi dibuat dengan cara menggulung daging sushi dan nasi dengan bantuan rumput laut kering (nori) serta tikar bambu.
Daging sushi dan sashimi bermacam-macam: dari udang, tuna, cumi, salmon, bawal mutiara, sampai gurita. "Khusus untuk gurita, tidak boleh dimakan mentah. Harus matang benar," kata Ikeda. Kalau tak matang, daging gurita--yang konon bermanfaat untuk membuat pria perkasa--bisa membuat tubuh gatal-gatal. | AMANDRA MM
Sumber : tempointeraktif.com
Lihat juga:
Sate
Steak
Untuk pelengkapnya, ada asinan, sup, dan sayuran. Atau bisa juga dicoba hidangan serupa dengan ikan makarel panggang yang disajikan dengan parutan lobak Jepang.
Lho, kok hidangan itu tak berbeda dengan hidangan rumahan Indonesia, ya? Apa kabar Sushi, sashimi, dan sukiyaki khas Jepang yang mendunia itu? Nanti dulu, ada cerita menarik dari Restoran Ootoya, tempat makanan rumahan ala Negeri Sakura ini dihidangkan.
"Memang masakan rumahan orang Jepang sebenarnya tak jauh berbeda dengan masakan Indonesia. Kebanyakan hidangan ikan hanya dibedakan oleh bumbu dan jenis ikannya," kata Shienny Lie, Manajer Operasional Rumah Makan Ootoya, di Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu.
Set hidangan okazu ini, menurut Shienny, merupakan masakan rumahan paling umum di seluruh kepulauan Jepang. Sementara tak semua orang Jepang menyantap sushi, sashimi, atau sukiyaki setiap hari.
"Sushi, sashimi, dan sukiyaki adalah menu khusus yang dimakan orang Jepang pada waktu tertentu," kata Shienny. Sushi dan sashimi umumnya dihidangkan pada jamuan makan malam resmi. Sedangkan sukiyaki adalah masakan yang dinikmati pada hari terdingin dalam setahun di negara empat musim itu.
Selain okazu, hidangan mi (men-rui) sering dikonsumsi dalam keseharian masyarakat Jepang. Salah satunya Miso Nikumi Udon. Untuk menu ini, Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menjelaskan cara pembuatannya.
"Udon dimasak dengan menggunakan dua macam pasta miso. Kemudian direbus dengan caisim, shitake, ayam panggang, daun bawang, wortel, tahu, sawi putih, dan dihiasi dengan telur setengah matang di atasnya," katanya. Rasanya, hmm... khas mi Jepang dengan kuah manis-asam.
Ada pula masakan bergaya donburi (satu mangkuk nasi dengan topping sayur dan lauk). Chicken Katsu Tojidon disediakan dalam mangkuk nasi dengan ayam goreng tepung yang disiram dengan campuran saus, bawang bombai, dan telur. Di antara semua menu yang Tempo coba, menu yang mirip nasi goreng ini tampaknya bakal paling cocok bagi lidah orang Indonesia.
Hidangan nabe (kukusan) dan yaki (panggang dan goreng) seperti tersedia. Menurut Shienny, bangsa Jepang menyantap makanan yang relatif sederhana dalam kesehariannya. "Tapi disiapkan secara cermat dari sisi gizi atau jumlah kalori makanan. Ini yang jadi keunggulan masakan Jepang," kata dia.
Rumah Makan Ootoya didirikan oleh Mitsumori Eiichi di Stasiun Subway Ikebukuro, Tokyo, pada 1958. Franchise ini telah berkembang menjadi 250 outlet yang tersebar di Asia tahun ini, tiga di antaranya di Indonesia, berlokasi di Senayan City, Pacific Place Mall, dan Plaza Indonesia.
Meskipun Ootoya merupakan rumah makan franchise, penyajiannya berbeda dengan rumah makan franchise lainnya. "Masakan baru dimasak setelah dipesan, made to order. Jadi masakan akan tetap segar ketika dihidangkan," kata Shienny.
Baru-baru ini, Ootoya juga menyediakan menu sushi dan sashimi untuk pelanggannya. "Sushi dan sashimi bukan menu harian orang Jepang. Tapi, karena banyaknya permintaan, kami menyediakan menu ini," kata Shienny. Soal harga, Rumah Makan Ootoya mematok banderol makanan mereka Rp 30-70 ribu. | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI
Sushi Vs Sashimi
Keistimewaan sushi serta sashimi terletak pada teknik memotong dan kesegaran ikannya. Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menunjukkan demo memasak sushi dan sashimi dalam media gathering pekan lalu.
"Perbedaan antara sushi dan sashimi terletak pada nasi. Sushi selalu dipasangkan dengan nasi, sementara sashimi dapat langsung dinikmati dengan cuka atau wasabi," kata Ikeda dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih.
Perbedaan lainnya terletak pada tebalnya potongan ikan. "Untuk sashimi, potongannya berjarak 50 milimeter, sementara sushi tak lebih dari 5 milimeter." Ootoya menyediakan sashimi dan kaisendon (seafood mix) yang dihidangkan bersama wasabi, cuka, dan saus.
Ada berbagai jenis sushi. Ootoya menyediakan sushi jenis nigiri dan maki. Nigirizushi adalah potongan daging sushi yang ditempelkan di atas ikan. Adapun makizushi dibuat dengan cara menggulung daging sushi dan nasi dengan bantuan rumput laut kering (nori) serta tikar bambu.
Daging sushi dan sashimi bermacam-macam: dari udang, tuna, cumi, salmon, bawal mutiara, sampai gurita. "Khusus untuk gurita, tidak boleh dimakan mentah. Harus matang benar," kata Ikeda. Kalau tak matang, daging gurita--yang konon bermanfaat untuk membuat pria perkasa--bisa membuat tubuh gatal-gatal. | AMANDRA MM
Sumber : tempointeraktif.com
Lihat juga:
Sate
Steak
Soto Daging Angsa
Soto merupakan makanan yang banyak disukai oleh masyarakat. Banyak variasi dari soto, seperti soto daging sapi atau soto daging ayam, namun apakan anda pernah mencoba soto daging angsa. Sepertinya soto angsa patut menjadi menu altenatif, pada saat berbuka puasa maupun nanti ketika lebaran. Kreator soto angsa, Chef Budi Prasetyo mengatakan, pihaknya sengaja memilih daging angsa untuk alternatif karena, jarang digunakan sebagai bahan masakan.
“Jika dimasak dan dirasakan dagingnya tidak kalah enak dengan ayam.” ujar Budi yang juga merupakan Chef Kepala di hotel Lor in. Budi menambahkan, untuk membuat soto angsa tersebut diperlukan daging angsa yang beratnya antara 1,5-1,7 kg. ”Dengan usia angsa antara 4-5 bulan,” terangnya saat ditemui Timlo.net di dapur Lor In. Sedangkan untuk bumbunya sendiri sangat mudah didapat, seperti tomat, seledri, daun bawang.
Cara memasak soto angsa tersebut cukup mudah, setelah angsa dibersihkan rebus angsa selama 4-5 jam dengan menggunakan api sedang. Tekstur dagingnya berbeda sehingga memerlukan waktu agak lama. Selama menunggu daging masak, siapkan bahan-bahan pelengkap seperti ketupat, telur asin, berkedel, kerupuk, jeruk nipis, dan sambel hijau.
Budi menambahkan, menu soto angsa tersebut memang disiapkan untuk menyambut lebaran tahun ini. ”Saya sengaja menghidari membuat makanan yang menggunakan santan.” ungkap Budi. Sementara itu, soto tersebut dapat anda cicipi di Sasono Budjono dengan harga Rp 65 ribu per porsi, atau mungkin anda ingin membuat sendiri di rumah dengan menambahkan kreasi yang lain. Silahkan mencoba.
Sumber : Hendra/Timlo.net
Lihat juga:
Dim Sum
Sour Sally
“Jika dimasak dan dirasakan dagingnya tidak kalah enak dengan ayam.” ujar Budi yang juga merupakan Chef Kepala di hotel Lor in. Budi menambahkan, untuk membuat soto angsa tersebut diperlukan daging angsa yang beratnya antara 1,5-1,7 kg. ”Dengan usia angsa antara 4-5 bulan,” terangnya saat ditemui Timlo.net di dapur Lor In. Sedangkan untuk bumbunya sendiri sangat mudah didapat, seperti tomat, seledri, daun bawang.
Cara memasak soto angsa tersebut cukup mudah, setelah angsa dibersihkan rebus angsa selama 4-5 jam dengan menggunakan api sedang. Tekstur dagingnya berbeda sehingga memerlukan waktu agak lama. Selama menunggu daging masak, siapkan bahan-bahan pelengkap seperti ketupat, telur asin, berkedel, kerupuk, jeruk nipis, dan sambel hijau.
Budi menambahkan, menu soto angsa tersebut memang disiapkan untuk menyambut lebaran tahun ini. ”Saya sengaja menghidari membuat makanan yang menggunakan santan.” ungkap Budi. Sementara itu, soto tersebut dapat anda cicipi di Sasono Budjono dengan harga Rp 65 ribu per porsi, atau mungkin anda ingin membuat sendiri di rumah dengan menambahkan kreasi yang lain. Silahkan mencoba.
Sumber : Hendra/Timlo.net
Lihat juga:
Dim Sum
Sour Sally
Gelas Wine yang berbeda
Ternyata, setiap jenis Wine atau anggur memiliki bentuk gelas sendiri-sendiri. Wine yang baik dibedakan dari rasa, bau dan penampilan fisiknya ketika di putar di dalam gelas. Semua hal ini tentunya akan didukung dengan pemilihan gelas yang tepat. Bahkan ada beberapa wine yang dapat menampilkan rasa terbaiknya hanya jik
a mereka disajikan dalam gelas yang tepat.
Gelas wine memiliki tiga komponen utama:
Dasar (base): merupakan pendukung utama kondisi gelas, dan mempertahankan posisi tetap tegak.
Batang (stem): tempat Anda memegang gelas sehingga tidak akan memindahkan panas tubuh Anda kepada Wine dan juga mencegah Anda meninggalkan bekas di permukaan gelas.
Badan (body): tempat yang menampung semua rasa minuman yang disajikan.
Semua gelas wine didesain agar anggur dapat dinikmati dengan cara yang pas. Desain gelas ini tidak dibuat sembarangan. Pada umumnya, ada empat tipe gelas Wine yang sering digunakan, walaupun dalam kasus khusus aturan ini dapat sedikit berubah.
Gelas Wine merah
Bentuk gelas untuk Wine merah lebih bundar dibanding gelas Wine lainnya. Tangkainya juga lebih kecil karena banyak orang yang cenderung memegang bagian badan gelas ketika menikmati minuman ini. Bagian badan gelas juga dibuat lebih lebar sehingga wine akan lebih banyak bersentuhan dengan udara sehingga membuatnya dapat memancarkan aroma dan rasa yang berani. Rasa kompleks dari anggur merah menjadi lebih lembut ketika bersentuhan dengan udara.
Gelas Wine putih
Gelas untuk anggur putih memiliki bentuk yang ramping dengan batang yang panjang. Bentuk badan gelas ini menyerupai huruf U, sehingga aromanya tersalurkan dengan tepat dan Wine yang ada akan tetap dingin untuk waktu yang lama. Bentuknya yang ramping akan menyebabkan orang memegang bagian batang gelas, sehingga anggur putih yang sangat sensitif terhadap suhu tidak akan terganggu oleh panas tubuh peminumnya.
Bentuk bibir gelas Wine putih ini akan menyalurkan Wine ke bagian samping dan depan dari mulut, sehingga rasa manis Wine putih akan benar-benar mengelus lidah peminumnya. Varian dari gelas Wine putih ini banyak, karena tergantung dari rasa Wine yang disajikan. Kerenyahan, usia Wine yang muda atau tua, bahkan kekuatan Wine putih akan mempengaruhi jenis gelas.
Gelas Wine sparkling
Gelas untuk jenis sparkling mirip dengan gelas Wine putih. Bedanya, badannya sedikit lebih panjang. Bentuk seperti ini akan membantu pada saat anggur dituang, dan menahan karbonasi yang ada di dalam Wine agar tetap terjaga sebanyak mungkin. Tangkainya yang panjang berfungsi mengurangi kontak dengan tubuh karena Wine tipe sparkling, seperti sampanye, sangat sensitif terhadap perubahan suhu atau panas tubuh si peminum.
Gelas Wine pencuci mulut
Dikenal juga sebagai gelas aperitif (minuman keras pemicu nafsu makan). Biasa digunakan untuk menyajikan port, sherry, liquers dan berbagai macam tipe aperitif lainnya. Ukuran standar Wine ini adalah 120 ml, tujuannya adalah untuk membentuk badan yang cukup kecil sehingga Wine akan dikirimkan ke bagian belakang rongga mulut, dan rasa manis dari Wine pencuci mulut ini tidak akan mematikan rasa yang ada di dalam mulut peminumnya. Wine tipe ini biasanya memiliki kadar alkohol tinggi, sehingga gelas kecil akan sempurna bagi penyajian Wine pencuci mulut.
Sumber : Ade Jayadireja-SendokGarpu.com
Lihat juga:
Burger King
Sour Sally
a mereka disajikan dalam gelas yang tepat.
Gelas wine memiliki tiga komponen utama:
Dasar (base): merupakan pendukung utama kondisi gelas, dan mempertahankan posisi tetap tegak.
Batang (stem): tempat Anda memegang gelas sehingga tidak akan memindahkan panas tubuh Anda kepada Wine dan juga mencegah Anda meninggalkan bekas di permukaan gelas.
Badan (body): tempat yang menampung semua rasa minuman yang disajikan.
Semua gelas wine didesain agar anggur dapat dinikmati dengan cara yang pas. Desain gelas ini tidak dibuat sembarangan. Pada umumnya, ada empat tipe gelas Wine yang sering digunakan, walaupun dalam kasus khusus aturan ini dapat sedikit berubah.
Gelas Wine merah
Bentuk gelas untuk Wine merah lebih bundar dibanding gelas Wine lainnya. Tangkainya juga lebih kecil karena banyak orang yang cenderung memegang bagian badan gelas ketika menikmati minuman ini. Bagian badan gelas juga dibuat lebih lebar sehingga wine akan lebih banyak bersentuhan dengan udara sehingga membuatnya dapat memancarkan aroma dan rasa yang berani. Rasa kompleks dari anggur merah menjadi lebih lembut ketika bersentuhan dengan udara.
Gelas Wine putih
Gelas untuk anggur putih memiliki bentuk yang ramping dengan batang yang panjang. Bentuk badan gelas ini menyerupai huruf U, sehingga aromanya tersalurkan dengan tepat dan Wine yang ada akan tetap dingin untuk waktu yang lama. Bentuknya yang ramping akan menyebabkan orang memegang bagian batang gelas, sehingga anggur putih yang sangat sensitif terhadap suhu tidak akan terganggu oleh panas tubuh peminumnya.
Bentuk bibir gelas Wine putih ini akan menyalurkan Wine ke bagian samping dan depan dari mulut, sehingga rasa manis Wine putih akan benar-benar mengelus lidah peminumnya. Varian dari gelas Wine putih ini banyak, karena tergantung dari rasa Wine yang disajikan. Kerenyahan, usia Wine yang muda atau tua, bahkan kekuatan Wine putih akan mempengaruhi jenis gelas.
Gelas Wine sparkling
Gelas untuk jenis sparkling mirip dengan gelas Wine putih. Bedanya, badannya sedikit lebih panjang. Bentuk seperti ini akan membantu pada saat anggur dituang, dan menahan karbonasi yang ada di dalam Wine agar tetap terjaga sebanyak mungkin. Tangkainya yang panjang berfungsi mengurangi kontak dengan tubuh karena Wine tipe sparkling, seperti sampanye, sangat sensitif terhadap perubahan suhu atau panas tubuh si peminum.
Gelas Wine pencuci mulut
Dikenal juga sebagai gelas aperitif (minuman keras pemicu nafsu makan). Biasa digunakan untuk menyajikan port, sherry, liquers dan berbagai macam tipe aperitif lainnya. Ukuran standar Wine ini adalah 120 ml, tujuannya adalah untuk membentuk badan yang cukup kecil sehingga Wine akan dikirimkan ke bagian belakang rongga mulut, dan rasa manis dari Wine pencuci mulut ini tidak akan mematikan rasa yang ada di dalam mulut peminumnya. Wine tipe ini biasanya memiliki kadar alkohol tinggi, sehingga gelas kecil akan sempurna bagi penyajian Wine pencuci mulut.
Sumber : Ade Jayadireja-SendokGarpu.com
Lihat juga:
Burger King
Sour Sally
Selasa, 30 November 2010
Steak Saus Mangga
Mungkin Tenderloin Steak biasa jadi menu andalan di restoran, cafe atau hotel. Biasanya tenderloin steak disajikan dengan saus barbeque, mushroom atau black pepper. Lalu bagaimana ya rasanya jika Tenderloin Steak disajikan dengan Mango Sauce atau Saus Mangga?
Sensasi rasa manis segar itulah sepertinya yang coba disuguhkan Hotel Savoy Homann dengan menu andalan terbarunya Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce.
"Sekarang kan lagi musim mangga, jadi kita memanfaatkan bahan yang sedang banyak tersedia untuk dikreasikan dalam menu yang ada," ujar Chef Yayan Suryana.
Mangga yang digunakan adalah jenis Mangga Arum Manis yang rasanya menurut Yayan bisa masuk kemanapun. "Mangga Arum Manis taste-nya masuk kemana saja," tuturnya.
Untuk membuat Manggo Sauce yang segar itu, Yayan memblender Mangga lalu menambahkan krim dan susu kemudian dipanaskan sambil menambahkan butter. Ditambahkannya butter disebut Yayan untuk membuat saus lebih mengkilat dan menggoda lidah.
Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce ini disajikan bersama Vegetable Timbale, yang terdiri kentang, wortel dan brokoli yang telah dihancurkan dan diolah. Kemudian disusun dalam tumpukan sehingga hasilnya berwarna-warni.
"Biasanya teman steak itu kentang, kali ini diganti dengan Vegetable timbali dari beberap sayuran," jelas Yayan yang telah berpengalaman menjadi chef selama 32 tahun itu.
Satu porsi Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce terdiri dari sekitar 180 gram daging has dalam pilihan yang telah diolah dengan bumbu dan dipanggang di grill. Tak lupa, Rainbow Paprika dan Chesee Stick ikut mempercantik menu ini.
Main course seharga Rp 50.000 ini sangat cocok untuk menu dinner Anda. Selamat mencicipi sensasi rasa Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce!(tya/avi)
Sumber : Tya Eka Yulianti - detikBandung
Lihat juga:
Dim Sum
Sensasi rasa manis segar itulah sepertinya yang coba disuguhkan Hotel Savoy Homann dengan menu andalan terbarunya Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce.
"Sekarang kan lagi musim mangga, jadi kita memanfaatkan bahan yang sedang banyak tersedia untuk dikreasikan dalam menu yang ada," ujar Chef Yayan Suryana.
Mangga yang digunakan adalah jenis Mangga Arum Manis yang rasanya menurut Yayan bisa masuk kemanapun. "Mangga Arum Manis taste-nya masuk kemana saja," tuturnya.
Untuk membuat Manggo Sauce yang segar itu, Yayan memblender Mangga lalu menambahkan krim dan susu kemudian dipanaskan sambil menambahkan butter. Ditambahkannya butter disebut Yayan untuk membuat saus lebih mengkilat dan menggoda lidah.
Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce ini disajikan bersama Vegetable Timbale, yang terdiri kentang, wortel dan brokoli yang telah dihancurkan dan diolah. Kemudian disusun dalam tumpukan sehingga hasilnya berwarna-warni.
"Biasanya teman steak itu kentang, kali ini diganti dengan Vegetable timbali dari beberap sayuran," jelas Yayan yang telah berpengalaman menjadi chef selama 32 tahun itu.
Satu porsi Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce terdiri dari sekitar 180 gram daging has dalam pilihan yang telah diolah dengan bumbu dan dipanggang di grill. Tak lupa, Rainbow Paprika dan Chesee Stick ikut mempercantik menu ini.
Main course seharga Rp 50.000 ini sangat cocok untuk menu dinner Anda. Selamat mencicipi sensasi rasa Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce!(tya/avi)
Sumber : Tya Eka Yulianti - detikBandung
Lihat juga:
Dim Sum
Soto Umar yang enak
Salah satu yang layak Anda coba adalah Soto Betawi Umar Idris. Tak sulit menemui kedai yang satu ini. Dari perempatan Slipi, kedai ini ada di sebelah kanan, sekitar 100 meter jauhnya dari Hotel Santika.
Pasti ketemu, soalnya spanduk berwarna hijau ngejreng bertuliskan nama kedai ini tampak mentereng. Jadi, jangan khawatir Anda akan salah masuk ke warung betawi lainnya.
Sebagaimana layaknya kedai, penampilannya memang sederhana. Persis seperti kedai betawi kebanyakan, tidak ada ornamen yang mencolok. Yang ada adalah jajaran enam meja makan panjang yang masing-masing dikelilingi enam kursi.
Memang, tak ada juga pelayan yang menyambut. Jadi, kalau ke sini, pengunjung langsung menyerbu meja yang ada di pojok kedai. Di situ terhampar aneka gorengan: daging sapi, jeroan, babat, juga paru.
Selesai memilih, pelayan dengan sigap akan memotong-motong isi soto pilihan. Beres dengan aksinya, sejurus kemudian, pelayan akan menyiram isi soto dengan kuah putih yang panas. Ditambah dengan bawang goreng, daun seledri, emping, serta perasan jeruk limau.
Wah..., aroma soto langsung menguar tajam menusuk seluruh saraf perasa, membuat pembeli tak sabar ingin segera menyantapnya.
Tidak seperti kebanyakan soto betawi, Soto Umar Idris nihil potongan-potongan kentang dan tomat, lo. Bahkan, kuah juga tak terlalu pekat. “Ini yang membedakan kami dengan warung betawi kebanyakan,” ujar Budi Hanurawanto, anak Umar Idris yang menjadi penerus usaha. Maklum, meski mengusung nama soto betawi, keluarga Umar sejatinya asli Tegal. Walhasil, “Kami memang memadukan rasa betawi dengan tegal,” ujar Budi.
Meski begitu, rasa boleh diadu. Kuah yang encer tidak mengurangi rasa gurih yang tertinggal di rongga mulut. Paduan santan dan susu dalam takaran yang pas malah membuat kuah tidak berasa enek.
Kenikmatan makin lengkap saat mengunyah potongan daging. Empuk dan gurih! Sebagai pelengkap rasa, Anda bisa menambah keripik tempe atau perkedel yang tersedia di meja makan. Renyah keripik tempe akan membuat Anda tak berhenti menggoyang lidah untuk menandaskan semangkok soto dan sepiring nasi putih.
Jika tak suka mengudap daging sapi maupun jeroannya, Anda bisa menjumput daging ayam berikut ati ampela sebagai pilihan pengganti. Suwiran daging ayamnya juga empuk dan gurih. Tak kalah dengan potongan daging.
* Buka dari pagi sampai pagi lagi
Saban hari, kedai ini buka resmi mulai jam 8 pagi. Budi nyaris membuka kedai sepanjang hari. Dia baru tutup warung saat pagi menjemput, atau sekitar jam 4 pagi pada keesokan harinya. Makanya, ayah dua anak ini menerapkan sistem kerja shift alias bergantian bagi 7 karyawannya. “Separo masuk pagi sampai sore. Sisanya malam sampai pagi,” beber Budi.
Namun, jam paling sibuk kedai adalah saat makan siang, yakni mulai jam 11.00 sampai 14.00 siang. Banyak karyawan di sekitar Slipi, Petamburan, dan Tanah Abang menyerbu kedainya. Sementara, saat malam menjelang atau jam 19.00 sampai 20.00, kedai juga ramai. “Banyak karyawan mampir sebelum pulang,” cetus Budi.
Saat malam sampai dini hari, kedai menjadi langganan orang-orang yang suka melek sampai menjelang subuh.
Budi tak khawatir bakal kekurangan pasokan daging atau jeroan yang menjadi andalan dagangannya. Pemasok di bilangan Tanah Abang siap memenuhi kebutuhan kedai. “Bahan dijamin fresh dan pilihan, lo,” ujar dia berpromosi.
Hantaman krisis nyatanya ikut dirasakan Budi. “Ada penurunan pengunjung sekitar 30%,” ujar Budi yang tak mau menyebutkan jumlah pengunjung. Yang pasti, sepanjang hari, Budi menandaskan daging sapi sampai 30 kg. Omzet harian yang masuk ke kantong Budi sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Kalau dipotong dengan ongkos produksi Rp 2,5 juta per hari, uang masuk ke kantong Budi tinggal Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. “Itu belum termasuk untuk gaji karyawan, lo,” ujar Budi buru-buru.
Mungilnya omzet lantaran banderolan harga menu di kedai ini tergolong murah. Sepotong daging dengan ukuran dua jempol jari Rp 2.000. Pun begitu dengan jeroan. Satu paket lengkap dengan nasi hanya seharga Rp 13.000.
Sayangnya, dengan waktu buka tak terbatas, Budi hanya menyediakan satu menu: soto betawi. Minumannya pun tak banyak pilihan. Hanya ada teh dan jeruk. Toh, kedai ini telah bertahan sampai 40 tahun!
ALAMAT 'SOTO UMAR IDRIS':
Jl. KS Tubun 15 B Jakarta Pusat
Ph: 021 - 5367982
Sumber : umar idris-weekend.kontan.co.id
Lihat juga:
Wine
Sate
Pasti ketemu, soalnya spanduk berwarna hijau ngejreng bertuliskan nama kedai ini tampak mentereng. Jadi, jangan khawatir Anda akan salah masuk ke warung betawi lainnya.
Sebagaimana layaknya kedai, penampilannya memang sederhana. Persis seperti kedai betawi kebanyakan, tidak ada ornamen yang mencolok. Yang ada adalah jajaran enam meja makan panjang yang masing-masing dikelilingi enam kursi.
Memang, tak ada juga pelayan yang menyambut. Jadi, kalau ke sini, pengunjung langsung menyerbu meja yang ada di pojok kedai. Di situ terhampar aneka gorengan: daging sapi, jeroan, babat, juga paru.
Selesai memilih, pelayan dengan sigap akan memotong-motong isi soto pilihan. Beres dengan aksinya, sejurus kemudian, pelayan akan menyiram isi soto dengan kuah putih yang panas. Ditambah dengan bawang goreng, daun seledri, emping, serta perasan jeruk limau.
Wah..., aroma soto langsung menguar tajam menusuk seluruh saraf perasa, membuat pembeli tak sabar ingin segera menyantapnya.
Tidak seperti kebanyakan soto betawi, Soto Umar Idris nihil potongan-potongan kentang dan tomat, lo. Bahkan, kuah juga tak terlalu pekat. “Ini yang membedakan kami dengan warung betawi kebanyakan,” ujar Budi Hanurawanto, anak Umar Idris yang menjadi penerus usaha. Maklum, meski mengusung nama soto betawi, keluarga Umar sejatinya asli Tegal. Walhasil, “Kami memang memadukan rasa betawi dengan tegal,” ujar Budi.
Meski begitu, rasa boleh diadu. Kuah yang encer tidak mengurangi rasa gurih yang tertinggal di rongga mulut. Paduan santan dan susu dalam takaran yang pas malah membuat kuah tidak berasa enek.
Kenikmatan makin lengkap saat mengunyah potongan daging. Empuk dan gurih! Sebagai pelengkap rasa, Anda bisa menambah keripik tempe atau perkedel yang tersedia di meja makan. Renyah keripik tempe akan membuat Anda tak berhenti menggoyang lidah untuk menandaskan semangkok soto dan sepiring nasi putih.
Jika tak suka mengudap daging sapi maupun jeroannya, Anda bisa menjumput daging ayam berikut ati ampela sebagai pilihan pengganti. Suwiran daging ayamnya juga empuk dan gurih. Tak kalah dengan potongan daging.
* Buka dari pagi sampai pagi lagi
Saban hari, kedai ini buka resmi mulai jam 8 pagi. Budi nyaris membuka kedai sepanjang hari. Dia baru tutup warung saat pagi menjemput, atau sekitar jam 4 pagi pada keesokan harinya. Makanya, ayah dua anak ini menerapkan sistem kerja shift alias bergantian bagi 7 karyawannya. “Separo masuk pagi sampai sore. Sisanya malam sampai pagi,” beber Budi.
Namun, jam paling sibuk kedai adalah saat makan siang, yakni mulai jam 11.00 sampai 14.00 siang. Banyak karyawan di sekitar Slipi, Petamburan, dan Tanah Abang menyerbu kedainya. Sementara, saat malam menjelang atau jam 19.00 sampai 20.00, kedai juga ramai. “Banyak karyawan mampir sebelum pulang,” cetus Budi.
Saat malam sampai dini hari, kedai menjadi langganan orang-orang yang suka melek sampai menjelang subuh.
Budi tak khawatir bakal kekurangan pasokan daging atau jeroan yang menjadi andalan dagangannya. Pemasok di bilangan Tanah Abang siap memenuhi kebutuhan kedai. “Bahan dijamin fresh dan pilihan, lo,” ujar dia berpromosi.
Hantaman krisis nyatanya ikut dirasakan Budi. “Ada penurunan pengunjung sekitar 30%,” ujar Budi yang tak mau menyebutkan jumlah pengunjung. Yang pasti, sepanjang hari, Budi menandaskan daging sapi sampai 30 kg. Omzet harian yang masuk ke kantong Budi sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Kalau dipotong dengan ongkos produksi Rp 2,5 juta per hari, uang masuk ke kantong Budi tinggal Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. “Itu belum termasuk untuk gaji karyawan, lo,” ujar Budi buru-buru.
Mungilnya omzet lantaran banderolan harga menu di kedai ini tergolong murah. Sepotong daging dengan ukuran dua jempol jari Rp 2.000. Pun begitu dengan jeroan. Satu paket lengkap dengan nasi hanya seharga Rp 13.000.
Sayangnya, dengan waktu buka tak terbatas, Budi hanya menyediakan satu menu: soto betawi. Minumannya pun tak banyak pilihan. Hanya ada teh dan jeruk. Toh, kedai ini telah bertahan sampai 40 tahun!
ALAMAT 'SOTO UMAR IDRIS':
Jl. KS Tubun 15 B Jakarta Pusat
Ph: 021 - 5367982
Sumber : umar idris-weekend.kontan.co.id
Lihat juga:
Wine
Sate
Kelezatan si Dim Sum
Dim Sum merupakan makanan berukuran kecil dan dimasak dengan digoreng atau direbus. Biasanya menu-menu itu disajikan dalam wadah bundar berbahan bambu. Ada beragam pilihan menu Dim Sum yang disediakan di restoran Ping, salah satunya ialah egado, Dim Sum berisi daging ayam dan telur puyuh yang dibungkus kulit tahu.
Teksturnya empuk dan lembut saat disantap. Egado akan lebih enak jika disantap dengan saus sambal. Selain egado ada pula hakao yang berisi udang. Udang kupas dicampur tepung sagu, minyak wijen, sedikit vetsin, tepung ayam, ditambah garam, lada, dan gula.
Campuran itu kemudian dibungkus kulit yang terbuat dari adonan tepung sagu, tepung tang mien, dan minyak sayur lalu dikukus. Kulit hakao memakai sagu Hong Kong yang bertekstur lebih halus daripada sagu lokal.
“Kalau sagu lokal membuat Dim Sum cepat kering dan mengeras,” jelas Kardiman, chef kepala restoran Ping. Ada pula dim sum yang digoreng, yaitu dim sum udang rambutan. Udang dipotong halus lalu dimasukkan ke dalam kulit pangsit dan digoreng hingga mekar.
Apabila konsumen masih penasaran dengan menu Dim Sum ala resto Ping, dapat memilih Dim Sum berbentuk bapau, yakni bapau tausa isi. Bapau berukuran kecil itu berisi kacang merah yang sudah dihaluskan dan diberi gula. Dim Sum biasanya dikaitkan dengan tradisi yang lebih tua yaitu yum cha (upacara minum teh).
Tradisi itu awalnya dilakukan oleh para pedagang yang berkelana di sepanjang Jalur Sutra. Mereka membutuhkan tempat untuk beristirahat di sepanjang jalur itu. Kedai-kedai teh pun berdiri di sepanjang pinggir jalan.
Tidak hanya pedagang, petani yang kelelahan setelah bekerja keras di ladang juga akan pergi ke kedai teh untuk bersantai pada sore hari. Pada awalnya, minum teh harus dilakukan tersendiri dan tidak boleh ada makanan lain.
Hal itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat China, berat badan mereka akan naik apabila ada menu lain yang dikonsumsi selain teh. Namun, setelah diketahui teh dapat membantu pencernaan, maka pemilik kedai teh pun mulai menyuguhkan berbagai makanan ringan sebagai hidangan yang menemani teh.
Dim Sum yang berarti menyentuh hati itu berasal dari daerah Kanton, China bagian selatan. Dim Sum pula yang telah mengubah tradisi yum cha, dari kegiatan yang sifatnya kaku menjadi santai untuk berbagi cerita dan pengalaman. Di Hong Kong dan sebagian besar kota-kota di Provinsi Guangdong, China, banyak restoran Dim Sum yang melayani pengunjung sejak pukul 05.00.
Tidak heran jika Dim Sum menjadi tradisi bagi orang tua pada pagi hari setelah mereka berolah raga. Tidak jarang pula mereka menikmati Dim Sum sembari membaca koran pagi. Kebanyakan restoran Dim Sum hanya menyajikan menu-menu Dim Sum hingga menjelang petang.
Pada malam hari menu pun berganti menjadi masakan Kanton. Di Hong Kong dan China, Dim Sum yang awalnya hanya makanan ringan atau snack itu kini menjadi makanan pokok yang hadir dalam budaya makan. Di negeri Tirai Bambu itu pejabat kesehatan mengkritik tingginya jumlah lemak jenuh dan natrium yang terkandung di dalam beberapa hidangan Dim Sum.
Menurut mereka, dengan dikukus bukan berarti Dim Sum otomatis dianggap makanan sehat. Oleh karena itu, pejabat kesehatan di China merekomendasikan rakyatnya untuk menyeimbangkan makanan lemak dengan sayuran rebus, tanpa menyertakan saus.
wan/L-2
Sumber : koran-jakarta.com
Lihat juga:
Sushi
Burger King
Teksturnya empuk dan lembut saat disantap. Egado akan lebih enak jika disantap dengan saus sambal. Selain egado ada pula hakao yang berisi udang. Udang kupas dicampur tepung sagu, minyak wijen, sedikit vetsin, tepung ayam, ditambah garam, lada, dan gula.
Campuran itu kemudian dibungkus kulit yang terbuat dari adonan tepung sagu, tepung tang mien, dan minyak sayur lalu dikukus. Kulit hakao memakai sagu Hong Kong yang bertekstur lebih halus daripada sagu lokal.
“Kalau sagu lokal membuat Dim Sum cepat kering dan mengeras,” jelas Kardiman, chef kepala restoran Ping. Ada pula dim sum yang digoreng, yaitu dim sum udang rambutan. Udang dipotong halus lalu dimasukkan ke dalam kulit pangsit dan digoreng hingga mekar.
Apabila konsumen masih penasaran dengan menu Dim Sum ala resto Ping, dapat memilih Dim Sum berbentuk bapau, yakni bapau tausa isi. Bapau berukuran kecil itu berisi kacang merah yang sudah dihaluskan dan diberi gula. Dim Sum biasanya dikaitkan dengan tradisi yang lebih tua yaitu yum cha (upacara minum teh).
Tradisi itu awalnya dilakukan oleh para pedagang yang berkelana di sepanjang Jalur Sutra. Mereka membutuhkan tempat untuk beristirahat di sepanjang jalur itu. Kedai-kedai teh pun berdiri di sepanjang pinggir jalan.
Tidak hanya pedagang, petani yang kelelahan setelah bekerja keras di ladang juga akan pergi ke kedai teh untuk bersantai pada sore hari. Pada awalnya, minum teh harus dilakukan tersendiri dan tidak boleh ada makanan lain.
Hal itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat China, berat badan mereka akan naik apabila ada menu lain yang dikonsumsi selain teh. Namun, setelah diketahui teh dapat membantu pencernaan, maka pemilik kedai teh pun mulai menyuguhkan berbagai makanan ringan sebagai hidangan yang menemani teh.
Dim Sum yang berarti menyentuh hati itu berasal dari daerah Kanton, China bagian selatan. Dim Sum pula yang telah mengubah tradisi yum cha, dari kegiatan yang sifatnya kaku menjadi santai untuk berbagi cerita dan pengalaman. Di Hong Kong dan sebagian besar kota-kota di Provinsi Guangdong, China, banyak restoran Dim Sum yang melayani pengunjung sejak pukul 05.00.
Tidak heran jika Dim Sum menjadi tradisi bagi orang tua pada pagi hari setelah mereka berolah raga. Tidak jarang pula mereka menikmati Dim Sum sembari membaca koran pagi. Kebanyakan restoran Dim Sum hanya menyajikan menu-menu Dim Sum hingga menjelang petang.
Pada malam hari menu pun berganti menjadi masakan Kanton. Di Hong Kong dan China, Dim Sum yang awalnya hanya makanan ringan atau snack itu kini menjadi makanan pokok yang hadir dalam budaya makan. Di negeri Tirai Bambu itu pejabat kesehatan mengkritik tingginya jumlah lemak jenuh dan natrium yang terkandung di dalam beberapa hidangan Dim Sum.
Menurut mereka, dengan dikukus bukan berarti Dim Sum otomatis dianggap makanan sehat. Oleh karena itu, pejabat kesehatan di China merekomendasikan rakyatnya untuk menyeimbangkan makanan lemak dengan sayuran rebus, tanpa menyertakan saus.
wan/L-2
Sumber : koran-jakarta.com
Lihat juga:
Sushi
Burger King
Langganan:
Postingan (Atom)